Ketikjaro.com — Kawasan The Mandalika kembali menegaskan posisinya sebagai pusat kegiatan berskala besar di Indonesia. Ribuan peserta dari ASN dan masyarakat umum memadati kawasan ini guna mengikuti rangkaian kegiatan yang dikemas energik, penuh kebersamaan, dan sarat nilai pembangunan sosial-ekonomi.
Acara yang digelar malam hari ini Sabtu malam minggu mencatatkan jumlah peserta yang melampaui target awal 7.500 orang, menjadikannya salah satu kegiatan komunitas terbesar yang digelar di Lombok Tengah sepanjang tahun 2025. Tidak hanya berasal dari Nusa Tenggara Barat, peserta datang dari lebih dari 25 provinsi di seluruh Indonesia.
Dalam sambutaanya Ketua Panitia Lalu Firman Wijaya menyampaikan rasa syukur dan bangga karena kegiatan yang awalnya direncanakan sederhana, justru tumbuh menjadi gerakan kolaborasi besar yang ekosistemnya berkembang jauh melampaui ekspetasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Target awal kami hanya sekitar 5.000 peserta. Tapi hari ini, Mandalika menyaksikan lebih dari 7.500 peserta yang hadir. Artinya, kita bukan hanya memenuhi target, tapi melampauinya hingga 150 persen. Ini bukti bahwa gerakan komunitas kita semakin solid dan semakin dipercaya masyarakat,” ujar panitia.
Panitia juga menegaskan bahwa platform digital yang disediakan komunitas—baik melalui website komunitas maupun jalur komunikasi internal—akan terus diperkuat.
“Platform yang kami bangun ini kami sediakan secara gratis untuk memudahkan komunikasi dan registrasi. Dengan antusiasme sebesar ini, kami berkomitmen agar kegiatan ini tidak berhenti tahun 2025 saja, tetapi berlanjut lebih besar di tahun 2026,” tambahnya.
Sekretaris Daerah Provinsi NTB, Lalu Mohamad Faozal, hadir memberikan sambutan yang penuh optimisme. Ia menilai Mandalika menjadi lokasi yang tepat untuk menyelenggarakan kegiatan besar karena infrastrukturnya telah matang dan mampu menampung kegiatan skala ribuan peserta.
“Dengan peserta lebih dari 7.500 orang, acara ini telah menggerakkan ekonomi Lombok Tengah secara nyata. Hotel penuh, UMKM hidup, transportasi bergerak, dan warga mendapat manfaat langsung,” tegas Faozal.
Ia juga menilai bahwa kegiatan ini unggul dibandingkan kegiatan serupa yang pernah digelar di Serang dan Palembang.
“Saya sudah menghadiri acara ini di Serang dan Palembang. Namun apa yang terjadi di Mandalika ini berbeda—lebih energik, lebih terstruktur, dan dampaknya lebih terasa. Saya berharap kegiatan seperti ini dapat digelar setiap enam bulan sekali,” lanjutnya.
Faozal menambahkan bahwa partisipasi dari puluhan provinsi menunjukkan Mandalika sudah menjadi magnet nasional.
General Manager The Mandalika menyampaikan bahwa ITDC bersama seluruh mitra telah menyiapkan kawasan ini sebaik mungkin agar mampu menampung berbagai aktivitas komunitas hingga skala internasional.
“Mulai dari area sirkuit, Bukit Bispak, hingga seluruh titik aktivitas pendukung, semua telah disiapkan. Kami memastikan segala aspek—mulai dari keamanan, fasilitas, hingga ketersediaan energi dan air—berjalan optimal,” ungkapnya.
Ia menegaskan bahwa Mandalika tidak hanya menjadi lokasi ajang bergengsi seperti MotoGP, tetapi juga pusat kegiatan sosial, budaya, hingga komunitas nasional.
“Mandalika adalah rumah besar bagi seluruh masyarakat Indonesia. Acara komunitas sebesar ini menunjukkan bahwa potensi Mandalika tidak hanya pada event olahraga dunia, tetapi juga sebagai ruang untuk gerakan sosial dan budaya,” tambahnya.
Sementara itu Kepala Badan Kepegawaian Nasional RI melalui video memberikan apresiasi karena kegiatan skala besar seperti ini mampu menjadi wadah pembentukan karakter dan peningkatan kapasitas sosial masyarakat.
“Kegiatan komunitas yang mampu menarik ribuan peserta dari berbagai provinsi adalah bagian dari pembangunan SDM nasional. Di sini ada komunikasi, koordinasi, literasi sosial, dan penguatan jejaring. Ini adalah bentuk pembelajaran kolektif yang efektif,” ucapnya.
Ia menyebut kegiatan di Mandalika dapat menjadi contoh nasional tentang bagaimana komunitas tumbuh, terorganisir, dan berkontribusi terhadap pembangunan daerah.
Panitia mencatat bahwa peningkatan peserta hingga 7.500 orang mendorong perputaran uang yang sangat besar di Mandalika. UMKM harus menambah stok dagangan, hotel-hotel di sekitar kawasan melaporkan lonjakan okupansi, dan moda transportasi—baik lokal maupun antardaerah—mengalami peningkatan permintaan.
Pelaku UMKM mengaku mengalami peningkatan pendapatan signifikan selama kegiatan berlangsung. Kawasan kuliner, area souvenir, serta layanan transportasi lokal seperti ojek, travel, dan shuttle ikut merasakan manfaatnya.
Di akhir kegiatan, seluruh pemangku kepentingan—panitia, pemerintah daerah, pengelola kawasan, hingga pihak nasional—sepakat bahwa kegiatan ini tidak boleh berhenti tahun ini saja.
Panitia menargetkan event tahun 2026 akan lebih besar, lebih tertata, dengan fasilitas lebih canggih, serta melibatkan lebih banyak wilayah Indonesia.
“Ini bukan kegiatan satu kali. Ini adalah gerakan. Tahun 2026, kita akan kembali dengan konsep yang lebih matang, partisipasi lebih luas, dan manfaat ekonomi lebih besar,” tegas panitia.
Kegiatan akbar nasional di Mandalika tahun ini tidak hanya menjadi ruang pertemuan, tetapi juga membangun ekonomi, memperluas jejaring, memperkuat karakter bangsa, serta memantapkan Mandalika sebagai pusat kegiatan utama di Indonesia.
Dengan dukungan penuh pemerintah, komunitas, dan pengelola kawasan, Mandalika kini berdiri sebagai panggung besar yang tidak hanya memperlihatkan keindahan alam, tetapi juga keindahan persatuan dan energi masyarakat Indonesia.















